Tangis Illana menderu, gadis mungil itu tergugu dalam nafasnya yang seakan terputus-putus. Athea duduk bersimpuh di depannya, memandang iba. Tangan mereka saling berpegangan, usaha Athea untuk menguatkan Illana nampaknya berakhir seperti usaha untuk tetap menjaga gadis rimpih itu tetap di bumi.
"Ada dua jalan yang bisa kau tempuh, jika kau ingin meneruskan hidupmu Illana" Athea mengelus punggung tangan Illana yang memucat, berbicara cukup lirih di sela isak yang tak kunjung reda.
Illana mendongak memandang Athea, wajahnya memerah, basah dengan air mata yang tertumpah sedemikian hebat. Air mata yang seakan begitu lama menahan diri untuk unjuk gigi, tangis yang sekian waktu dikungkung harga diri, hari ini terbebas begitu rupa.
"Pertama, kembalilah padanya, carilah dia, temukan, walau itu tidak akan mudah"
Illana mengusap air matanya, Athea menguatkan diri kembali berbicara.
"Kedua, lupakan dia, dan teruskanlah hidupmu. Kau boleh menghabiskan seluruh persediaan air matamu hari ini, tapi besok aku tidak ingin melihatmu menangis lagi. Tabah dan kuatkanlah dirimu, Illana"
Tangis Illana mereda, gadis itu memegangi dadanya seakan bisa kapan saja meledak. Menarik nafasnya dengan berat, dan berkata dalam kepasrahannya yang nyata.
"Melupakan Arka sama saja dengan membunuhku Athea, dia memiliki seluruh nyawaku, jika kau tahu itu. Aku akan pergi mencarinya, meskipun aku tahu aku mungkin saja gagal, aku akan tetap mencarinya"
Athea berdiri, memeluk gadis itu.
"Tapi bagaimana jika dia telah melupakanmu, bagaimana jika dia tidak lagi seperti yang kau harapkan. Illana apa yang akan kau lakukan jika dia telah bersama dengan gadis lain, yang jauh lebih baik darimu"
Bulir lembut air mata Illana mengalir pelan di sudut matanya lagi, kali ini terasa begitu sakit.
"Mungkin aku memang tidak akan mendapatkan nyawaku kembali, karena semua telah kuberikan padanya. Jika itu terjadi Athea, aku akan tetap mencintainya, dan jika hal ini membuatnya membenciku semakin dalam, aku akan mengerti"
Athea memeluk gadis itu semakin erat.
"Kau tahu ini akan menyakitimu Illana, lupakan saja dia. Sungguh kau berhak untuk memiliki hidup yang lebih baik"
Illana memejamkan matanya, bayangan Arka melintasi setiap senti otaknya yang berderak. Laki-laki itu begitu dirindukannya.
"Athea, jika hidup yang lebih baik itu pun telah kuserahkan padanya di detik aku bertemu dengannya, katakan padaku apa lagi yang akan menghentikan langkahku untuk tetap di sini. Aku mencintainya, dan kau sungguh tahu"
--------------------------------2 b continued------------------^_^--------
.adios.
DJ
hosh, hosh, hosh, hosh, hosh, hosh, hosh, hosh, hosh
No comments:
Post a Comment