pertandingan kemarin menyisakan banyak sekali tanya di kepala saya. tidak hanya soal wasit, Kapolda, dan RD, tapi ini soal pemain Arema Indonesia dan Robert.
saya tidak percaya pertandingan yang dihentikan ini karena ulah protes kubu Arema, ini semata-mata keinginan pak Kapolda [bagi yang 'menyerang' saya pagi ini dengan ribuan ejekan dan caci-maki, mohon introspeksi].
saya mengakui Along [12] melakukan hal yang salah, dan memang dia harus di hukum. Tapi kemudian bagaimana dengan kaki Precious yang dengan indahnya bersarang di bahu Roman [9]. Selanjutnya pelanggaran pemain Sriwijaya terus terjadi, Ponaryo begitu kasar [dan beberapa teman mengatakan 'itulah Ponaryo'], bagaimana jika saya berteriak lantang 'Itulah Along, terimalah'. Saya tidak yakin mereka akan mengerti.
kemudian toh mereka tetap melanjutkan bertanding, kebobolan satu gol tidak membuat singa-singa kami menyerah, terbukti sontekan Zulkifli [3] mampu di maksimalkan Ridhuan [6] ke gawang Sriwijaya. Saya yakin mereka menerima semuanya dengan lapang dada, dan mereka menerima kekalahan dengan kepala tegak. Apapun yang terjadi mereka yakin, Aremania/nita selalu mendukung.
Robert boleh saja tidak setuju dengan langkah Kapolda menghentikan pertandingan, karena memang ini bentuk intervensi. Tapi toh akhirnya Meneer gak tahan juga liat 'kelakuan' wasit, dan terpaksa protes. Ganjarannya, kartu kuning.Meneer itu pelatih profesional dna jika dia sampai melayangkan protes, did you smell something wrong ?. Pasti wasit sudah di atas ambang kewajaran.
hanya saja, jika pertandingan kemarin menyisakan hasrat anda untuk mengejek pemain, pelatih dan permainan Arema kemarin, anda tidak akan menemukan saya diam.
kami sudah menerima kekalahan dengan ksatria, dan apakah itu belum cukup. mungkin anda berbicara seakan tidak akan terjadi apa-apa, tapi perkataan anda akan cukup menyisakan lara di batin saya. saya berusaha legowo dan dewasa, bagaimana dengan anda ?.
seharusnya kita bersaudara, saya mencoba menerima 'doktrin' beberapa teman yang mengatakan 'ayo jangan bermusuhan', tapi ini, pagi ini saya menghitung sudah hampir 15 orang yang mengejek dan menjelekkan Arema, bahkan mereka tahu saya pendukung tim singo edan ini. saya bingung dengan apa yang harus saya lakukan, tersenyum mungkin itu yang terbaik.
kesetiaan itu di uji. apakah saya bertahan dengan ini? jawabannya saya pasti bertahan, dan saya tidak akan gentar. mereka mungkin tahu lebih banyak tentang peraturan sepak bola, tapi saya juga tahu bagaimana bersikap adil.
jika Sriwijaya menggunakan wasit sebagai pemain ke 12, kami hanya punya 11 pemain, 10 untuk pemain Arema dan 1 untuk Aremania/nita.
kami benar dan kami tidak takut. silahkan anda mencibir, silahkan anda mengejek tim kami. kami tahu siapa yang terbaik.
sungguh di saat saya mulai memahami arti 'persaudaraan' antar suporter, beberapa orang merusak pendirian itu begitu saja.sekarang katakan apa yang harus saya lakukan ?.
.adios.
DJ
Malam itu,. aku tengah duduk tenang sekitar 6 meter dari depan tivi plasma 32 inch. terselip di antara banyak "supporter elektronik" lainnya yang sangat menantikan pertandingan pamuncak ini. Sejak pertandingan belum dimulaipun sudah banyak "komentator2 amatir" di kanan kiriku yang begitu memuji pemain2 pujaannya dan tak sedikit yang mencibir pemain lawan dan meremehkan mereka.
ReplyDeleteAku pun berusaha melakukan sedikit pembelaan atas omongan miring mereka dengan menjelaskan semampuku. Aku tidak berani mengambil porsi lebih dari itu.
Dan sepanjang pertandinganpun, aku sebenarnya mulai "panas" dengan aksi2 nakal pemain Sriwijaya yang tampak kebal wasit itu. Mulai dari sikutan Ponaryo, sepak-an "tak terlihat wasit" by ambrizal, Ato dorongan "curi2" Obiora. Terlebih aksi tungkai Precius terhadap Roman. Aneh,.. semua tampak tidak sepadan dengan kartu kuning di mata wasit.
En about kartu merah Along, ya,. memang harus diakui itu adalah tindakan yang sangat sepadan dengan kartu merah yang ia terima (tapi toh,. ia sudah menyadari kesalahannya dan tidak melakukan protes apapun sebagai bukti kebesaran jiwa. Wooee,..Apa ini belum cukup,>? Apa perlunya para komentator itu mencela Along sepanjang pertandingan.?)
Dan sampai pertandingan berakhirpun,.. rasa bangaku pada punggawa2 arema yang telah menunjukkan spirit singa yang sebenarnya2 telah mereduksi arti kemenangan dalam sebuah pertandingan. Bagiku, arema adalah pemenangnya. Dan angka 2-1 di papan skor sama sekali tidak berarti bagiku.
Butuh banyak kesabaran dan pengendalian emosi untuk menjelaskan semua fenomena yang terjadi sepanjang pertandingan ini pada pihak2 yang terlanjur melihatnya sepihak akibat fanatisme tanpa rasionalitas pada klub idolanya. kartu merah Along, ulah kapolda, kartu kuning Robert, dan kejadian2 lain yang dikomentari secara sepihak sehingga cukup panas jika masuk telinga aremania (Buat komentator RC*I, tolong jangan meniupkan komentar2 yang memperkeruh suasana,.!!.)
Karena Aku Aremania,.. seorang diri di tengah para Singa mania yang begitu fanatik dengan Sriwijaya SC-nya. Dan mereka mengetahuinya.
-Aremania Jambi-
oyi ker!!!
ReplyDeletesalam satu jiwa...by Maharema UM Malang...
catatan keren, sayang kemerin tidak nonton arema... huh nyesel banget!
ReplyDelete@ semua : salam satu jiwa selalu, selalu dan akan selalu.
ReplyDeletemungkin kita harus ber-hati singa pula, berbesar hati dan pantang menyerah.
jangan menyerah nawak-nawak.