Saturday 21 August 2010

that is just not me

grown up ::
bukan berarti tidak bisa bersenang-senang, hanya sedikit menghilangkan ketidakdewasaan, dan beberapa detil tentang tingkah laku ::: percayalah itu menyakitkan untuk pertama kali, tapi sungguh itu perlu untuk dilakukan.

dewasa ::
merupakan pilihan, kedewasaan tidak terjadi begitu saja. harus dipelajari, diperjuangkan, walaupun seseorang mungkin saja menjadi dewasa tanpa harus mengetahui artinya, mereka menjadi dewasa begitu saja. untuk sebagian yang lain, dan mungkin saja saya, ini untuk diraih, diperjuangkan, saya tahu saya sedang menuju kesana.

bijak ::
dewasa bukan berarti lantas bijak, tapi saya yakin orang yang bijak pasti dewasa. saya selalu menuntut orang lain untuk bijaksana kepada saya, tapi saya malah melakukan kebalikannya. mungkin karena saya masih anak kecil di usia saya yang ke-24. saya bahkan belum siap untuk apapun.

behave ::
saya mungkin masih sering berteriak-teriak di depan televisi, masih suka mengidolakan orang-orang dan mengoleksi foto, video, dan apapun tentang mereka. memaksakan diri berulang kali, setidaknya hanya untuk memuaskan hasrat. saya sering mengatakan apa saja yang terlintas di kepala saya saat itu juga, menyakitkan memang, tapi mungkin ada saatnya saya harus berhenti bersikap seperti itu.

itu bukan saya ::
kata-kata itu harus saya pegang erat-erat. ketika godaan untuk menjadi tidak dewasa, ketika melihat betapa bahagianya menjadi tidak dewasa, saya harus katakan "itu bukan saya", dan "itu bukan lagi untuk saya", masa saya telah lewat, dan mungkin sudah saatnya saya memikirkan sesuatu yang penting.

umur saya semakin bertambah, dan saya tidak menjadi muda. banyak hal yang harus terjadi dalam diri saya, dan semuanya membutuhkan kedewasaan. saya tidak akan selamanya seperti ini, saya harus berubah.

usia saya 24 tahun sekarang, dan saya tahu saya tidak bisa LAGI menunggu.

.adios.

DJ

Thursday 12 August 2010

Illana @Atheory

Tangis Illana menderu, gadis mungil itu tergugu dalam nafasnya yang seakan terputus-putus. Athea duduk bersimpuh di depannya, memandang iba. Tangan mereka saling berpegangan, usaha Athea untuk menguatkan Illana nampaknya berakhir seperti usaha untuk tetap menjaga gadis rimpih itu tetap di bumi.

"Ada dua jalan yang bisa kau tempuh, jika kau ingin meneruskan hidupmu Illana" Athea mengelus punggung tangan Illana yang memucat, berbicara cukup lirih di sela isak yang tak kunjung reda.

Illana mendongak memandang Athea, wajahnya memerah, basah dengan air mata yang tertumpah sedemikian hebat. Air mata yang seakan begitu lama menahan diri untuk unjuk gigi, tangis yang sekian waktu dikungkung harga diri, hari ini terbebas begitu rupa.

"Pertama, kembalilah padanya, carilah dia, temukan, walau itu tidak akan mudah"

Illana mengusap air matanya, Athea menguatkan diri kembali berbicara.

"Kedua, lupakan dia, dan teruskanlah hidupmu. Kau boleh menghabiskan seluruh persediaan air matamu hari ini, tapi besok aku tidak ingin melihatmu menangis lagi. Tabah dan kuatkanlah dirimu, Illana"

Tangis Illana mereda, gadis itu memegangi dadanya seakan bisa kapan saja meledak. Menarik nafasnya dengan berat, dan berkata dalam kepasrahannya yang nyata.

"Melupakan Arka sama saja dengan membunuhku Athea, dia memiliki seluruh nyawaku, jika kau tahu itu. Aku akan pergi mencarinya, meskipun aku tahu aku mungkin saja gagal, aku akan tetap mencarinya"

Athea berdiri, memeluk gadis itu.

"Tapi bagaimana jika dia telah melupakanmu, bagaimana jika dia tidak lagi seperti yang kau harapkan. Illana apa yang akan kau lakukan jika dia telah bersama dengan gadis lain, yang jauh lebih baik darimu"

Bulir lembut air mata Illana mengalir pelan di sudut matanya lagi, kali ini terasa begitu sakit.

"Mungkin aku memang tidak akan mendapatkan nyawaku kembali, karena semua telah kuberikan padanya. Jika itu terjadi Athea, aku akan tetap mencintainya, dan jika hal ini membuatnya membenciku semakin dalam, aku akan mengerti"

Athea memeluk gadis itu semakin erat.

"Kau tahu ini akan menyakitimu Illana, lupakan saja dia. Sungguh kau berhak untuk memiliki hidup yang lebih baik"

Illana memejamkan matanya, bayangan Arka melintasi setiap senti otaknya yang berderak. Laki-laki itu begitu dirindukannya.

"Athea, jika hidup yang lebih baik itu pun telah kuserahkan padanya di detik aku bertemu dengannya, katakan padaku apa lagi yang akan menghentikan langkahku untuk tetap di sini. Aku mencintainya, dan kau sungguh tahu"


--------------------------------2 b continued------------------^_^--------

.adios.

DJ

hosh, hosh, hosh, hosh, hosh, hosh, hosh, hosh, hosh

Friday 6 August 2010

ehhhhhhhhhm [sweet sacrifice]

Ini salah Pipi :: mengapa menunjukkan dia padaku, pada sebuah percakapan telp di sore suatu hari.

Kalau bukan karena Pipi, mungkin aku saat ini akan bersedih. Kalau bukan karena Pipi, mungkin juga ILLANA si Moebius itu tidak akan sampai ke halaman 114. Aku bersyukur bukan karena menemukannya, tapi aku bersyukur karena aku memiliki Pipi.

Pipi yang pertama kali tahu akannya [jelas, Pipi jauh lebih lama mencintai Team ini sebelum akau bahkan perduli]. Dia bilang "Mas yang satu ini lebih bagus Mi, lebih ganteng, lebih keren mainnya. Coba deh, pertandingan yang ada dia selalu tidak pernah kalah", dan ternyata Pipi benar [Pipi selalu benar].

Ini semua karena Pipi, yang telah bersabar yang telah menyerahkan begitu banyak hati kepadaku yang menyebalkan. Pipi memberikanku ruang untuk berimaginasi, memberiku peluang untuk melakukan apa saja, dan dia selalu berhasil mengerti.

Pipi dan aku : kami yang seadanya.



kami bukan manusia yang spesial, kami dan hanya kami. Manusia yang berani bermimpi.

Pipi datang di waktu yang sangat tepat, betapa tidak. Disaat ILLANA itu membutuhkan sosok, Pipi datang membantu mencari, dan pada akhirnya dia berhasil memberi.

Kami berdua tidak mengenalnya, pun tak pernah bertemu dengannya. Tapi kami mengaguminya, mengakui kehebatannya.

Jika aku mampu mengungkapkan rasa terima kasih ini. Aku aku akan memeluk sang badai dan kubisikkan pada tiap relungnya bahwa aku sungguh bersyukur memilikinya.

Sosok yang membebaskanku, untuk menjadi diriku sendiri. Membiarkanku menjadikannya tokoh penting dalam tulisan itu, membiarkanku memikirkannya, memberiku ruang untuk merapalnya. Membiarkan pria asing itu menjadi inspirasi.

Pipi mencintaiku tanpa syarat, dan mengasihiku dengan membuat otakku berputar saking senangnya. Aku, akan menikahinya tahun depan.

Terima kasih Pi.

.adios.
DJ

Thursday 5 August 2010

kemana singa-singa akan pergi

sebenarnya tidak ingin terlalu memikirkan hal ini, hanya saja gosip sana sini begitu santer, sehingga mau tidak mau saya harus 'menuliskan' sesuatu, paling tidak sekedar membagi 'beban' pikiran.

Robert Albert resmi pindah. Kemudian di susul Along [12] dan Ridhuan [6], gak lama lagi Njanka [24] dan Esteban [17] yang kabarnya akan 'sulit' kembali ke Bhumi Arema.

tak apalah, saya menerima, walaupun rasa kecewa begitu mendesak di dada.
tak ingin menyalahkan siapapun, termasuk manajemen [dengan dalih saya bisa saja tidak mampu melakukan apapun jika berada di posisi mereka].

saya sebenarnya tidak terlalu sedih ketika Arema masih punya Juan Revi[37], Bustomi[19], Dendi[41], Meiga[1], Beny[7], Purwaka[2], Irfan[21], Roni [10], Afandi[14] dan Zul [3] ::: mereka pun tak kalah hebat.

benar olahraga yang satu ini benar-benar menguras emosi, sedih, senang, nervous, panik.

saya hanya sanggup berkata : hanya carilah pemain yang memiliki hati singa, mungkin Bhumi Arema ini tak sanggup berikan banyak, hanya dukungan dan doa yang terus mengalir, hanya teriakan dan nyanyian yang tak henti berkumandang. itu saja.

tak apalah banyak yang memfitnah kami rasis dan anarkis, tak apalah jika banyak yang bilang kami tidak bermental juara, kamipun tak akan menyerah atau mundur walau selangkah.

siapapun nanti yang bermain di Arema Indonesia, kami siap menjadi nyawa.

.adios.

DJ

Monday 2 August 2010

mourn-day

pertandingan kemarin menyisakan banyak sekali tanya di kepala saya. tidak hanya soal wasit, Kapolda, dan RD, tapi ini soal pemain Arema Indonesia dan Robert.

saya tidak percaya pertandingan yang dihentikan ini karena ulah protes kubu Arema, ini semata-mata keinginan pak Kapolda [bagi yang 'menyerang' saya pagi ini dengan ribuan ejekan dan caci-maki, mohon introspeksi].

saya mengakui Along [12] melakukan hal yang salah, dan memang dia harus di hukum. Tapi kemudian bagaimana dengan kaki Precious yang dengan indahnya bersarang di bahu Roman [9]. Selanjutnya pelanggaran pemain Sriwijaya terus terjadi, Ponaryo begitu kasar [dan beberapa teman mengatakan 'itulah Ponaryo'], bagaimana jika saya berteriak lantang 'Itulah Along, terimalah'. Saya tidak yakin mereka akan mengerti.

kemudian toh mereka tetap melanjutkan bertanding, kebobolan satu gol tidak membuat singa-singa kami menyerah, terbukti sontekan Zulkifli [3] mampu di maksimalkan Ridhuan [6] ke gawang Sriwijaya. Saya yakin mereka menerima semuanya dengan lapang dada, dan mereka menerima kekalahan dengan kepala tegak. Apapun yang terjadi mereka yakin, Aremania/nita selalu mendukung.

Robert boleh saja tidak setuju dengan langkah Kapolda menghentikan pertandingan, karena memang ini bentuk intervensi. Tapi toh akhirnya Meneer gak tahan juga liat 'kelakuan' wasit, dan terpaksa protes. Ganjarannya, kartu kuning.Meneer itu pelatih profesional dna jika dia sampai melayangkan protes, did you smell something wrong ?. Pasti wasit sudah di atas ambang kewajaran.

hanya saja, jika pertandingan kemarin menyisakan hasrat anda untuk mengejek pemain, pelatih dan permainan Arema kemarin, anda tidak akan menemukan saya diam.

kami sudah menerima kekalahan dengan ksatria, dan apakah itu belum cukup. mungkin anda berbicara seakan tidak akan terjadi apa-apa, tapi perkataan anda akan cukup menyisakan lara di batin saya. saya berusaha legowo dan dewasa, bagaimana dengan anda ?.

seharusnya kita bersaudara, saya mencoba menerima 'doktrin' beberapa teman yang mengatakan 'ayo jangan bermusuhan', tapi ini, pagi ini saya menghitung sudah hampir 15 orang yang mengejek dan menjelekkan Arema, bahkan mereka tahu saya pendukung tim singo edan ini. saya bingung dengan apa yang harus saya lakukan, tersenyum mungkin itu yang terbaik.

kesetiaan itu di uji. apakah saya bertahan dengan ini? jawabannya saya pasti bertahan, dan saya tidak akan gentar. mereka mungkin tahu lebih banyak tentang peraturan sepak bola, tapi saya juga tahu bagaimana bersikap adil.

jika Sriwijaya menggunakan wasit sebagai pemain ke 12, kami hanya punya 11 pemain, 10 untuk pemain Arema dan 1 untuk Aremania/nita.

kami benar dan kami tidak takut. silahkan anda mencibir, silahkan anda mengejek tim kami. kami tahu siapa yang terbaik.

sungguh di saat saya mulai memahami arti 'persaudaraan' antar suporter, beberapa orang merusak pendirian itu begitu saja.sekarang katakan apa yang harus saya lakukan ?.

.adios.

DJ