Friday 28 January 2011

what the use of living this one and only earth


saya ambil foto ini dari sebuah halaman tentang kampanye Anti Climate Change di sebuah majalah The Economist (sebuah majalah milik para kapitalis yang membicarakan masalah kapital) . I think this world 'deserve' funnier irony.

Thursday 27 January 2011

A Beloved Father Called Papa

there it would be something than just posting words in my blog. I have been already change so many things in it. Just to refresh, and looking for something new.

Pagi ini, seperti biasa terbangun dengan kaget (sudah setiap hari seperti ini, walaupun mempersiapkan diri untuk terbiasa, tapi sepertinya ini 'kaget' sudah merupakan bentuk 'bangun' dari 'tidur' *halah*). Ingin hati tidak segera beranjak dari kasur empuk dan selimut hangat, tapi nampaknya saya sudah terlalu banyak membuat kesalahan tahun 2011 ini (yah, memang baru berjalan 27 hari,tapi saya yakin saya sudah membuat banyak kenangan yang sama sekali tidak ingin saya kenang).

Tanggal 25 Jan 2011 adalah hari dimana nasib saya ditentukan oleh dua orang peng-interview. Saya mendaftarkan diri untuk mendapatkan Beasiswa Ke Australia sejak 6 bulan yang lalu (perjalanan yang cukup panjang untuk sampai ke tahap ini, dan belum-belum saya sudah tidak ingin mengulanginya lagi, saya lelah), pagi harinya saya sudah merasa bahwa wawancara ini tidak akan berjalan dengan baik, namun saya tetap berangkat dengan rasa takut yang entah mengapa sulit sekali saya hilangkan.

Singkatnya, wawancara saya berlangsung buruk, dan pada saat ditengah-tengah wawancara pun saya sudah tahu kalau saya akan gagal. Saya pasrah. Pada saat keluar ruangan untuk berjumpa dengan teman-teman 'senasib' di Hall, saya tiba-tiba saya teringat akan ayah saya (mulai sekarang dan selanjutnya akan ditulis dengan kata 'Papa'). Dulu, ketika untuk pertama kali saya diumumkan menjadi wakil Propinsi Jawa Timur di Ajang World School Debating Championship di Jakarta, saya sudah merasa bahwa saya akan gagal (which is, sama persis dengan wawancara Beasiswa saya), bedanya saat itu saya masih kelas 2 SMA dan sangat (sangat-sangat-sangat) berambisi.

Pertandingan tidak berjalan baik dan dua rekan saya (Ellien dan Yati = dua-duanya meneruskan sekolah S1 dan S2 di Jepang karena kepintaran di atas rata-rata air)mungkin kecewa karena saya sungguh dapat dibilang cuma 'nglawak' di sana. bahasa inggris saya hancur berkeping-keping, dan saya sama sekali tidak bisa berpikir (which is (lagi-lagi) sama dengan wawancara beasiswa ini). Lawan saya kala itu adalah para debaters dari SMA-SMA ciamik negeri ini (dalam wawancara beasiswa ini _sayangnya_ saya juga berhadapan dengan 'debaters' instead of interviewer).

Yah begitulah, mungkin saya harus banyak-banyak introspeksi diri, mungkin saya terlalu pede, mungkin saya terlalu banyak berkata 'well' dan lain-lain, dan lain-lain yang lain -halah-. Dulu saat kalah WSCD saya menelepon kerumah dan pada saat laki-laki di ujung telepon berkata "Assalamualaikum" air mata saya langsung mengalir. Saya menangis hanya karena mendengar suara Papa. Semakin tak tertahankan saat beliau langsung mengatakan "Ini Pipit ta?", sambil sesenggukan saya bilang "Waalaikumsallam, Iya Pa". Saya terdiam selama telepon berdurasi 3 menit itu selainnya hanya Papa yang berbicara panjang lebar, yang (kira-kira) seperti ini :

"Uwes talah Nduk, ga usah dipikir, kabeh wong yoh wes mesthi onok gagal e, kabeh iku onok masane. Sakjane kudu seneng, awakmu iku wes luwih beruntung dibandingno karo konco-koncomu sak Jawa Timur, sing dipilih mek telu lho, yeopo gak hebat, Papa wes seneng awakmu koyok ngene iki, masio gak menang ga dadi soal. Ojo dadi atimu. Ojo susah. Pengalaman iku yoh ancen ono sing ga enak, mosok enak terus, iso-iso menungso lali marang Gustine. Yowes nangis-nangis o sing banter, tak rungokno".

[udahlah, tidak perlu dipikirkan,semua orang pasti pernah mengalami kegagalan, semua itu ada waktunya. sebenarnya kamu harus senang, kamu sudah lebih beruntung dibandingkan dengan teman-teman sebayamu di Jawa Timur, yang dipilih cuma tiga lho, bagaimana tidak hebat. Papa sudah senang dengan dirimu yang seperti ini. Meskipun tidak menang tidak menjadi soal. jangan membuatmu sedih, jangan bersusah hati. pengalaman itu juga pasti ada yang tidak enak, masa' enak terus, bisa-bisa manusia lupa akan Tuhannya. Yasudah nangis aja yang keras, Papa dengarkan]

Efeknya, tidak membuat saya semakin kuat, malah tangis saya meledak (baik saya gunakan kata-kata ini untuk menggambarkan betapa memang mata saya seakan terlepas saking sakitnya).Papa saya terdiam di ujung sana, tidak berbicara sepatah katapun, tidak berusaha menghibur lagi, dia hanya terdiam, sedang saya terus saja menangis. Setelah tangisan saya mereda, Papa kembali bicara, "Uwes, lego durung, lek durung nangiso meneh, lek wes kesel ndang di toto awak e, wes ayo usaha meneh, lek menang yoh siap, lek kalah yoh siap, yowes, sukses yoh Nduk, Assalamualaikum". [sudah lega belum, kalau belum nangis lagi saja, kalau sudah , ayo cepat menata diri, berusaha lagi, siap untuk kemenangan, siap untuk kekalahan. Yasudah, sukses ya]

Jari tangan saya menyusur bawah mata saya yang basah, mengucap salam dan menutup telepon dengan hati yang entah mengapa begitu lega. Diluar kubik wartel berukusan kuburan itu saya sudah ditunggu oleh Almarhum Bapak Setiadi (guru bahasa inggris sekaligus pembimbing Club ECC -English Conversation Club- di SMA saya yang tidak pernah sepi gelar *I mean it*).

Saat itu pemenang dan peringkat belumlah diumumkan tapi saya sudah tahu bahwa tim saya tidak akan mendapatkan peringkat tinggi dan keluar sebagai wakil Indonesia di World School Debating Championship di Peru (kalau tidak salah saat itu). Karena proses pertandingan kami tidak berjalan baik. Kali ini wawancara saya juga tidak berjalan baik, hanya bedanya saya sama sekali pasrah terhadap keputusan Allah swt apapun itu, dan juga satu hal yang berbeda yaitu tidak ada Papa yang setia mendengarkan saya menangis dan dengan caranya yang unik menguatkan saya.

Tribute To Papa "Supariono Abdul Manan" 12 Juni 1951 - 1 April 2006.

Wednesday 26 January 2011

mengganti nama

beberapa orang bertanya mengapa saya mengganti judul Blog saya dan terutama tentang apa yang saya telah pertimbangkan.

LA BREA TAR PITS bukan hanya judul salah satu chapter di novel yang saya tulis (jangan mencarinya di tokok buku, novel ini tidak layak publish) tentang kematian jiwa, bukan hanya raga. Kematian harga diri, kematian rasa malu, kematian rasa bertoleransi, kematian atas usaha untuk memberontak melawan yang bathil. saya tidak lebih hidup di tengah-tengah kematian yang hidup.

menurut Wikipedia :

For the tar pit in La Brea, Trinidad and Tobago, see Pitch Lake.

The La Brea Tar Pits (or Rancho La Brea Tar Pits) are a famous cluster of tar pits around which Hancock Park was formed, in the urban heart of Los Angeles. Asphalt or tar (brea in Spanish) has seeped up from the ground in this area for tens of thousands of years. The tar is often covered with water. Over many centuries, animals that came to drink the water fell in, sank in the tar, and were preserved as bones. The George C. Page Museum is dedicated to researching the tar pits and displaying specimens from the animals that died there. The La Brea Tar Pits are now a registered National Natural Landmark.

saya baru sadar bahwa betapa rasa penghargaan di negara ini sudah mati. tidak ada yang hidup di negara ini kecuali sistem yang bobrok dan hancur luar biasa. saya termasuk salah seorang jasad yang terapung terombang ambing di dalamnya. saya yakin anda juga?. Jika tidak maka, mengapa begitu banyak diantara kita yang tidak peka terhadap perubahan dan menghargai pola pikir orang lain.

saya heran, saya kesal, mengapa orang begitu tidak terbuka, mengapa begitu cepat mengkritik tanpa mengetahui esensi, begitu mudah berteriak.

saya namakan Blog ini 'la brea' sebagai tribut kekesalam saya terhadap sistem di negeri ini, sistem kacau yang terstruktur.

.adios.

DJ

Saturday 15 January 2011

being smart

membacalah dan kau akan mengerti. bacaan membantumu membentuk imagi. imagi akan menuntunmu pada suatu keputusan. entah benar entah salah. di dunia ini tidak ada yang mutlak benar dan mutlak salah, kecuali Islam. jadi apa yang kau percayai adalah yang benar. dan selama kau berani membela apa yang benar, kau tidak perlu merasa takut untuk membuat kesalahan. karena kebebasan berpikir bermula dari kesalahan.

kita manusia kawan. kita hanya makhluk yang memiliki kedangkalan pikiran dan hati.terkadang kita menghadapi pilihan yang sulit dalam hidup. tapi dengan membaca peluang dan opini, paling tidak tidak kita mau mengetahui pemikiran orang lain. bukan hanya sekadar mencaci.

LPI dan ISL adalah pilihan liga. anda atau saya boleh memilih. boleh saling memaki. saya sudah memilih harus berada dimana, terlepas dari apapun, saya memiliki alasan. dan selama saya pikir alasan saya benar maka anda boleh bersama saya atau berseberangan. saya tidak perduli yang penting tujuan kita sama. memajukan sepak bola Indonesia dan menurunkan Nurdin berserta antek-antek busuknya.

jalan kita mungkin berbeda, saya menginginkan sepak bola yang lebih baik dengan mendukung 'breakthrough league' bernama LPI, dan mungkin anda menempuh jalan yang berbeda. tidak menjadi masalah. ini bukan saatnya suporter terpecah, kalaupun memiliki perbedaan pemikiran itu hal yang biasa bukan. ini yang membuktikan kedewasaan suporter Indonesia, tidak hanya lantang berteriak, tidak hanya kreative di lapangan, tetapi juga pintar.

dan mungkin menjadi yang terakhir itu yang sulit.

Friday 14 January 2011

THEY WOULD ALWAYS SCORE A GOAL

Washington, DC, January 12, 2011 —The world economy is moving on from a post-crisis bounce-back phase of recovery to slower but still solid growth this year and next. Global GDP, which expanded by 3.9% in 2010, is expected to slow to 3.3% in 2011, according to the World Bank’s Global Economic Prospects 2011.
Developing country growth of 7% in 2010, and 6% in 2011 is projected, which is more than twice the rate projected for high-income countries.
Most low-income countries saw trade gains in 2010 and, overall, their GDP rose 5.3% in 2010. This was supported by a pick-up in commodity prices, and to a lesser extent in remittances and tourism. Their prospects are projected to strengthen even more, with growth of 6.5% in both 2011 and 2012, respectively.

berita di atas saya ambil dari situs resmi Bank Dunia . Saya selalu terkesan dengan angka-angka yang muncul pada sebuah artikel yang ditulis dengan analisis yang rapi dan komprehensif.

selama 2 tahun saya bekerja untuk Badan Kebijakan Fiskal, mata saya tidak pernah lepas dari hal-hal semacam ini, apalagi pekerjaan saya mengerjakan Analisis Keekonomian yang membuat saya sangat intim dengan data angka. Tidak perlu merasa aneh, sebagian besar manusia di dunia seperti itu adanya. Setiap hari tidak pernah lepas dari angka, bahkan beberapa menjadikannya sebuah pencapaian.

tidak perlu muluk dengan data-data ekonomi seperti diatas, jika anda pecandu social networking seperti saya, maka saya berani bertaruh anda akan menaruh perhatian terhadap banyaknya teman dan jumlah follower setiap harinya. Kasus lain, jika anda seorang pekerja, maka banyaknya digit di rekening tabungan anda akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan.

yang membuat kita merasa hidup adalah deretan angka, yang selalu saja berarti sesuatu. Jam, tanggal, bulan, uang, ukuran baju, dll. Saya heran mengapa kita dibebankan dengan hal itu, mengapa angka begitu berarti dalam hidup, seperti nilai inflasi, nilai kesejahteraan, nilai kepuasan, nilai kedisiplinan, mengapa anda mengukur sesuatu yang abstrak dengan angka, seakan-akan itu dapat mengukur kedalaman hati anda, atau mungkin bahkan pikiran anda.

saya seorang sarjana hukum, dan mohon maaf jika saya sedikit subyektif, tapi cabang ilmu yang menurut saya sedikit tidak perlu dipelajari adalah 'psikologi'. saya setuju dengan alasan bahwa cabang ilmu ini membantu kita untuk mengenali kepribadian seseorang, bukan menilai atau bahkan 'men-judge' sifat orang itu hanya dengan 'coretan gambarnya' atau 'nilai tes kemampuan membedakan warnya' apalagi kemudian mereka menaruh ‘kepribadian’ kita dalam angka-angka. Mana bisa seperti itu.

Manusia jadi begitu terobsesi dengan angka, data-data riil berbunyi, satu, dua, tiga, seribu, duaribu,sejuta,dua juta menjadi tolak ukur kesuksesan. Berapa jumlah pacar anda membuat anda dinilai sebagai orang yang menarik, dicintai, dan dipuja banyak orang. Tapi itukah ukuran anda, kalau iya, maka saya perlu kasian terhadap anda, karena sebagai pemuja ‘angka’ sebagai pemuja ‘jumlah’ anda sungguh menyedihkan. Bayangkan jika Tuhan memberikan anda kesempatan hidup sekali lagi, maka anda pasti akan meminta lagi.

Hati itu tidak dapat diukur, begitu pula hari. Mengapa kita saat ini begitu dikendalikan waktu. Ribuan angka-angka berkelebatan di kepala kita setiap hari hanya agar kita on-track atau on-schedule. Pathetic. Saya tidak suka angka, dan oleh karena itu saya paling tidak suka menghitung score. Tidak menjadi masalah bagi saya jika tim jagoan saya kalah, atau tidak mencetak gol. Bagi saya mereka lebih dari sekedar barisan manusia yang dinilai dari berapa banyak mereka mencetak gol, dengan hitungan 1,2,3,4 atau 5.

Arema akan selalu mencetak gol, dan selalu menang. Memang saya sedikit absurd dengan penilaian ini, namun saya yakin semua akan beranggapan sama. Tidak ada kata kalah dalam kamus Arema, mereka selalu menang, bahkan ketika tidak membawa poin pun. Karena ukuran kemenangan mereka bukan pada hitungan angka tapi pada eksistensi mereka untuk selalu ada.




KARENA MEREKA ADALAH RASA MEMILIKI, DAN TIDAK ADA ANGKA YANG TEPAT UNTUK MERUMUSKAN 'IDENTITY'.


I love this team, and always be.

Tuesday 11 January 2011

Jangan dengarkan ...

jangan dengarkan jika ada yang berteriak memintamu untuk berhenti.
jangan sesali jika kemudian jalannya tidak semudah yang kau pikirkan.
jangan berhenti meskipun kaki dan tanganmu bersimbah kepedihan.
karena jika rasa memiliki itu menyakitimu maka tidak ada hal lain di dunia ini yang mampu lebih sakit daripada itu.
maka kuatkan hatimu, dan teruslah melangkah.
karena berhenti sama dengan mati.
hidup itu bergerak, maka janganlah hati dan pikiranmu membeku karena takut.
jangan tutup matamu, jika sinar itu terlalu terang.
jangan tutup telingamu, walau suara itu membuatmu tuli.
jangan pernah berhenti bersuara, karena kebenaran itu bukan diam.

untuk orang-orang yang berusaha demi cinta untuk keluarga, sahabat dan apa yang dia percaya. semoga anda berhasil di seberang sana.

Lions, I do understand.

Bahtera kita sedang berguncang saudara satu jiwaku.
Bepeganglah pada yang kuat.
Carilah, berlarilah, gapailah sekuat tenagamu.
Jika bukan pegangan yang sekuat baja, apa lagi yang mampu menahan beban tubuh kita dari goncangan maha dasyat ini.

Arema bukan tim kemarin sore, bukan tim bau kencur, apalagi tim kelas bawah. Arema tim besar, tim dengan jutaan suporter fanatik, Arema itu seperti rumah, seperti tempat kembali bagi sebagian kita yang pergi. Arema bukan hanya sekali ini diguncang masalah. Keuangan yang carut marut dibumbui pemain yang datang dan pergi, tidak membuat Aremania dan Aremanita menyerah. Jatuh bangun, membuat tim ini seakan menjadi lebih solid. Dukungan moral dan doa dari ribuan pendukungnya, selain daripada itu tidak ada lagi yang menguatkannya.

Arema itu seperti pengalih massa. Dimana dia bertanding di situ ada Aremania. Seperti magnet, seperti gravitasi. Mengumpulkan serpihan-serpihan kecil Aremania dan Aremanita yang berserak. Logis, kita tidak boleh melihat medan gravitasi ini rusak, tidak bisa melihat magnet ini kehilangan dayanya. Apapun, untuk sesuatu bernama Arema, yang telah menyatukan jutaan jiwa menjadi satu, untuk tujuan persaudaraan dan rasa memiliki. Arema haruslah terus ada, dia harus terus menjejak bumi. Lambang singa itu harus terus berkibar, di langit dan di dada kami.

Arema kini tengah digoncang badai. Para pemain kita tidak kunjung mendapatkan hak-nya. Padahal mereka bukanlah pion, bahkan mereka bukanlah binatang di arena sabung ayam. Mereka manusia, sama seperti kita. Mereka memiliki keluarga yang harus terus hidup, mereka harus bahagia harus sehat harus tersenyum, agar semangatnya tertular kepada kita. Bukan nama besar tim, bukan pula lambang singa itu. Jika kita berpikir jauh lebih bijak, bukan hanya supporter, tetapi juga pemain dan pelatih lah yang membuat lambang singa itu terus berlari. Mereka yang menguras seluruh tenaganya agar singa kebanggan kita itu terus mengaum.

Kita senang melihat mereka berlari, kita senang melihat mereka menang. Tapi, lihatlah ke belakang, pada saat kita pulang dengan senang hati, kembali ke rumah kita yang hangat, menyeruput secangkir kopi, dengan mulut penuh dengan cerita kemenangan dan kebanggaan yang terus menerus di terputar di kepala. Para pemain mungkin memiliki cerita yang berbeda, apapun itu mereka perlu mendapatkan hak-nya, terlepas dari apa yang kita lihat.

Ada yang mengatakan bahwa, baik mungkin kita bukan fans dari pemain atau pelatih [sebut saja Njankamania, Alongmania atau Robertmania, Bustomers atau Wakaholic, apapun]. Saya hanya mengajak semua kawan satu jiwa untuk menjadi mereka. Marilah kita berpikir lebih dalam, bahwa kita memang Aremania tapi tanpa pemain, apa jadinya kita. Pemain mungkin bukan segala-galanya bagi sebagian anda, tapi mereka asset, sama seperti kita para supporter. Anda mungkin berpendapat bahwa pemain boleh datang dan pergi, namun dengan kondisi tim seperti ini, siapa yang anda kira akan datang untuk merumput bersama lambang singa ini lagi?.

Sebagian besar dari mereka bertahan setelah musim kemarin juga mengalami hal yang sama, apa yang mampu tim berikan untuk loyalitas mereka?. Suporter bukan hanya penyanyi di lapangan hijau, juga bukan penggembira dan hanya berhenti di level penyebar semangat. Suporter itu social control, kita memiliki kekuatan untuk merubah sesuatu. Pemain tidak bisa berteriak membawa spanduk di lapangan bola atau di depan kantor pengurus club, mereka atlet bukan buruh bangunan atau pegawai pabrik. Mereka memiliki lebih sedikit pilihan.

Saya sedih membaca berita pagi ini, Njanka keluar dari Arema, mungkin ini bukan berita besar. Tapi dia itu motor penggerak yang merubah pemikiran Noh Alam Shah dan Ridhuan untuk kembali ke Arema setelah pinangan Sriwijaya awal musim ini. Kini kita kehilangan motor, siapapun Njanka, dia pemain penting. Saya tidak mampu membayangkan jika Ahmad Bustomi, Beny Wahyudi dan Kurnia Meiga menyusul langkah Njanka, hanya karena alasan gaji, sungguh ironi. Tim sebesar Arema, tak mampu membayar gaji pemain.

Kita masih punya banyak stok pemain, sebut saja Purwaka Yudhi, Rony Firmansyah, Fakhrudin, Waluyo, Esteban dan yang lainnya, jujur saya tidak memiliki cukup cara untuk menghentikan niat mereka jika ingin merumput di ladang lain. Saya heran mengapa orang mengira bahwa kehilangan pemain itu hal yang gampang. Mungkin ini berlaku bagi tim lain yang kemudian mampu membeli pemain lain dengan kualitas sama atau bahkan lebih bagus, namun dengan kondisi keuangan Arema, kita akan mencari pemain dimana?. Saya bersedia untuk masuk Arema tanpa dibayar, tapi siapa saya, saya bukan pemain sepak bola. Ini bukti bahwa ternyata semangat saja tidaklah cukup untuk membuat Arema tetap berlari.

Pemain itu penting, sama pentingnya seperti anda dan saya. Saya menekankan pada betapa ini masalah besar, bukan hanya isapan jempol belaka. Perubahan tidak bisa menunggu, manajemen Arema harus di rombak. Manajemen itu harusnya sekumpulan orang pintar bukan hanya politikus yang sama sekali tidak mencintai sepak bola.

Saya tidak takut, saya melawan. Mereka menggunakan Arema sebagai wadah politik kotor, mereka menggunakan Arema sebagai alat propaganda sosial. Apa lagi yang lebih jahat dari orang yang mengambil kesenangan dan kebanggaan supporter dari olahraga yang dicintainya.

Berlarilah singa-singaku, jika itu membuatmu terus hidup.
Tersenyum sajalah, kami lebih dari sekadar mengerti.
Keringat yang tidak dibayar itu dzalim.

Monday 10 January 2011

saya tahu rasanya

saya memegang 11 tiket kelas II, titipan teman-teman sesama Aremania yang sengaja meluangkan hari Minggu nya untuk menonton pertandingan sepak bola Arema vs Persija di GBK Main Stadium. Menonton Arema bertanding bagi kami orang Malang yang mengadu nasib di luar Malang, bagai pulang kampung gratis. Jadi hasrat kami cuma tiga, bertemu Aremania lain, mendukung Arema dan menikmati pertandingan. Itu saja.

Pertandingan dimulai pukul 15.30an, tapi kami (seperti biasa) stand by di depan pintu masuk sejak pukul 14.00. 45 menit sebelum pertandingan dimulai kami baru masuk stadion, tidak seperti laga Timnas dengan banyak orang yang mendadak "fans", laga kali ini terbilang sepi, jadi kami masih bisa santai memilih tempat duduk.

Aremania Gate 8-9 (seperti yang tertera di tiket kami), tetapi kami memutuskan untuk masuk ke Gate 10-11 an (atau Tribun 20-21) yang ternyata merupakan tempat Aremania terkonsentrasi, hanya 4 lajur tribun kelas dua (dibelakang Torch) yang penuh Aremania, sisanya menyebar. Sisi berlawanannnya, yang kami bisa lihat hanya lautan Oranye, tak apa ini kandang Persija, hati saya tidak boleh kecil karenanya.

Jika anda membaca tulisan ini dan berharap menemukan kilas balik pertandingan, anda salah besar. Jadi berhenti saja membaca (jika itu tujuan anda) sebelum anda kecewa.

Kamipun mulai bernyanyi, Sam Yuli sudah berdiri di depan, dan kami siap jiwa raga untuk mendukung Arema. Pemain pemanasan, dan salam "Goyang" pemain yang saya nantikan tidak se "hot" biasanya. Perasaan saya sudah tidak enak, ada yang lain, tapi saya tidak mampu memutuskan itu apa.

Starting Line Up keluar dan saya girang bukan kepalang. Baik, berhenti sampai di sini,tidak ada yang mampu mengalahkan Line Up ini sebelumnya > KMH [1], Njanka [24], Purwaka [2],Waluyo [27], Beny [7], Bustomi [19], Revi [77], Ridhuan [6], Esteban [17], Roman [9], Noh Alam Shah [12]. Saya berani bertaruh, ini Line Up terbaik yang dimiliki Arema saat ini.

Kick Off, pertandingan tidak berjalan baik bagi kami. Keras, dan sedikit brutal. Beberapa diving kotor dan tackling sembarangan di biarkan saja oleh wasit. Saya bukan pengamat sepak bola profesional, saya hanya suporter kelas kambing yang bahkan tidak mampu membeli tiket VIP, tapi saya yakin saya tahu mana yang disebut wasit adil dan mana yang tidak.

Seperti di hantam godam, kepala saya memaksa saya kembali ke beberapa waktu silam. Laga Final Piala Indonesia - Arema versus Sriwijaya - yang berakhir dengan kemenangan Sriwijaya FC. Along kartu merah dan keluar dengan 'indahnya' dari lapangan, menyisakan 10 pemain yang terbengong-bengong, menyisakan sakit luar biasa di dada suporter. Alasannya, kaki Along 'terlalu' tinggi, beberapa saat kemudian kaki Precious 'bersarang' di pipi Roman. NO CARD. Yess, wasit memang hebat.

Lain laga lain cerita. Community Shield, yang mempertemukan Arema kembali dengan Sriwijaya. Hasilnya Arema kalah, tapi bukan itu persoalan yang mengganjal di hati saya. Arema mendapatkan 'hadiah' penalty itu yang menjadi ganjalan. Saya bahkan tidak bisa tersenyum saat Njanka menjebol gawang lawan, saya bahkan tidak bersorak. Di kamar 3x4 tempat kos saya itu, saya hanya bisa duduk termangu. Oh tidak, bukan ini yang saya harapkan dari Njanka, bukan gol seperti ini yang saya harapkan datang dari kaki-kaki singa kami. Kami dapat satu gol, tapi rasa ini tidak membuat saya berteriak 'YESSSSSSSSSSSSSS'. saya sedih. Saya hanya tidak ingin kejadian ini terulang lagi hari ini, tapi ini salah saya.

Saya salah karena berharap terlalu banyak pada kompetisi ini. Orang bilang, ini kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia, dan harus saya akui 'kasta tinggi' memang penuh gengsi. Tapi sepak bola bukan masalah gengsi, ini masalah hiburan masyarakat. Ini masalah kejujuran, masalah menjadi profesional. Kompetisi ini membuat sepak bola Indonesia tidak memiliki masa depan, mempermalukan keprofesionalan pemain dan wasit. Saya seharusnya sadar, saya tengah menghadiri kompetisi macam ini, seharusnya saya sudah siap dengan jargon "HARI INI SIAPA YANG DIBELA WASIT", "HARI INI MILIK SIAPA", "HARI INI SIAPA KUAT BAYARIN ROKOKNYA WASIT", "HARI INI SIAPA YANG 'HARUS' KALAH", dan "HARI INI KANDANG SIAPA". Seharusnya saya tidak boleh lupa dengan semua ini.

Jangan terbuai dengan kemenangan beruntun di AFF, jangan senang dan bangga dengan baju bertuliskan Gonzales atau mungkin angka 17 tertera dengan indahnya di punggung anda. Perjalanan Indonesia masih jauh, dan bahkan kita belum mampu menapak tangga pertama. Kompetisi nasional kita masih amburadul, kualitas wasit kita hancur. Sampai kapanpun kita akan tetap di sini, berjalan di tempat, tidak kemana-mana.

Ketika Persija mengalahkan Singa Gila kebanggaan saya itu pun pada akhirnya, saya tidak mengerti harus mengucapkan selamat dan tertawa bersama ataukah saya harus marah karena kejadian tidak mengenakkan di lapangan selama 90 menit lebih tadi. Tapi The Jak saudara saya, mereka menerima orang-orang beratribut Arema dengan baik di kota mereka, dan selain rasa terima kasih yang dalam, saya tidak tahu harus bicara apa lagi. Tapi sesuatu mencabik hati saya dari dalam, Tim kesayangan saya di pecundangi, bukan salah pemain (baik Persija maupun Arema) mereka hanya bermain (terlepas dari skenario apapun yang terselip di belakangnya. Wasit menodai rasa persaudaraan ini. Tidak ada persaudaraan di sepak bola, terlebih di kompetisi ini. Apa yang saya cari, apa yang anda cari. Kemenangan, kebanggaan, rasa memiliki, itu semua bisa diatur. Perasaan anda dan saya bisa dipermainkan beberapa orang di meja 'PENGURUS'.

---
Saya dan beberapa The Jak [Kami bersaudara]

saya dan gank Aremania

---
Saya yakin, bukan ini yang anda cari. Sama seperti ketika saya memutuskan untuk memesan tiket laga ini jauh-jauh hari, mengosongkan semua jadwal, mengatur rencana dengan teman-teman. Apalagi bagi sebagian Aremania yang mengorbankan waktu dan tenaga untuk jauh-jauh datang dari Malang hanya untuk menyorakkan dukungan. Kami hanya ingin menonton pertandingan dengan hati senang. Bukan kemenangan yang kami cari. Semua Aremania dan Aremania sudah hapal mati tentang ini, kami bukan suporter baru yang marah karena kalah. Menang kalah bagi kami sudah biasa, ini pertandingan dan kami mengerti.

Sepanjang sisa babak kedua tangan saya tidak berhenti mengepal, mata saya dan tunangan saya yang duduk disebelah saya menerawang, kami berpikir. Kami berteriak berkali-kali memanggil nama wasit, pelanggaran demi pelanggaran terjadi, dan pria berbaju kuning itu tak bergeming, seakan-akan tidak memiliki hati, tidak memili nurani. Dia meliat pelanggaran, dia mendengar teriakan kami, tapi dia tidak memasukkannya dalam hati. Bagaimana bisa, jika hati pun mungkin mereka tidak punya. Di kompetisi seperti inikah Arema kami harus berakhir. Mulut saya dan teman-teman tidak berhenti merapal doa, agar pemain kami jauh dari cidera, permainan berjalan lancar dan kami menang. Tidak berhenti bernyanyi, tidak berhenti berdoa, tidak jera kami mendukung, tapi inikah yang harus diterima tim kebanggaan kami?.

Jangan marah kawan, saya tahu rasanya, sudahlah saya mengerti. Beberapa anda yang membaca yang pernah di 'pecundangi' Arema dengan 'hadiah-hadiah' nya yang tidak bisa saya pungkiri, saya meminta maaf. Saya mengerti rasanya, keluar dari stadion dengan langit yang semakin gelap dengan ribuan tanda tanya berkelebatan di kepala. Saya mengerti rasanya jika anda ingin menghajar wasit saat itu juga. saya mengerti perasaan anda, karena kita suporter dan saya merasakannya juga.

saya bukan orang yang memiliki akses khusus ke dalam tim-tim sepakbola nasional kita. saya pun bukan official tim, panpel, dan apapun yang terhubung dengan tim dan tetek bengeknya. saya cuma suporter, pekerjaan saya mendukung, terlebih dari pada itu pekerjaan saya adalah mengamati dan menganalisa.

saya bosan. sepak bola bukan permainan satu dua orang, ini milik pemain di lapangan, ini milik suporter, berilah kami wasit yang jujur, wasit yang mampu menjaga hati nuraninya. sepak bola itu game, dan game dimainkan tanpa emosi tanpa tendensi. Game dimainkan dengan rasa senang, di tonton dengan enjoy, have fun dan setiap momen harusnya jadi a good time.

game
dimainkan apa adanya, harusnya tanpa skenario. saya kemudian berpikir, mungkin laga pertama liga sebelah masih disiarkan secara amatir, mungkin juga masih tidak mampu menyuguhkan pertandingan 'seimbang' antara kedua belah tim. tapi mereka bermain dengan senang, tiket sold out, suporter pulang dengan "tepuk di hati" yah kami kalah karena pemain kami bermain tidak cukup bagus atau yah kami menang karena pemain kami memang spektakuler. Wasit jujur, pemain jujur. itu awalnya. bahkan awal dari semuanya.

JUJUR ITU YANG TERPENTING DALAM PERMAINAN, KECUALI ANDA TERGOLONG ORANG-ORANG YANG MAU TERUS DIBOHONGI DAN ATAU MEMBOHONGI DIRI SENDIRI.

.adios.

DJ

tweets kesukaan saya pagi ini
@mrsnugrah > "pemain itu aset bangsa bukan Pak.katanya anda sayang mereka.tapi anda biarkan mereka terjatuh secara mental dilapangan krn wasit anda bodoh"

Friday 7 January 2011

first re-post ^^ but it's nice though

Posting berikut saya sadur dari blog http://majlisdzikrullahpekojan.org/ saya tampilkan di blog ini karena isinya yang saya "merasa" penting untuk disebarkan "lebih luas" lagi .

Ahlan wa sahlan bi qudumikum
Kajian Jumat, 31 Desember 2010
Ditulis oleh Administrator
Jumat, 31 Desember 2010 00:00

Kajian Jumat, 25 Muharam 1432 H / 31 Desember 2010 M

Habib Quraisy bin Ali Aidid

Pengajian dimulai dengan pembacaan Al Fatihah dan dilanjutkan dengan Surah Yaasiin, Ratib Al Aidrus yang disusun oleh Habib Abdullah bin Abu Bakar Al Aidrus, Serta Maulid Sifatum Muhammadiyah yang disusun oleh Habib Husein bin Abdullah Aidid.

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah Swt telah sama-sama kita memasuki tahun baru, baik tahun baru hijriyah ataupun tahun baru masehi. Dimana tahun baru hijriyah peringatannya terlihat berbeda dengan peringatan tahun baru Masehi. Bahkan sangat bertolak belakang. Masehi meniup terompet, Hijriyah melantunkan zikir. Masehi menghabiskan sisa malam untuk maksiat dan sia-sia, Hijriyah menghabiskan malam dengan hati yang tunduk dan taubat. Masehi membuang mubazir uang untuk petasan dan kembang api serta pesta pora, Hijriyah mempunyai semangat berbagi terutama dengan anak yatim.

Padahal pesta pora semacam itu merupakan suatu tipu daya dari Yahudi dan Nasrani, agar kita lalai daripada mengingat Allah dipergantian tahun tersebut, serta melupakan sunah Rasulullah Saw yaitu membaca doa akhir tahun agar diampuni seluruh dosa pada tahun yang kita lewati dan doa awal tahun agar diberi kemudahan segala urusan di tahun yang baru ini. Bahkan para ulama banyak menghabiskan malam tahun baru dengan shalat tasbih, shalat witir dan sebagainya. Semoga kita dapat mengisi malam tahun baru. Sehingga ditutup tahun tersebut dengan catatan daripada malaikat dengan kebaikan.

Shalawat serta salam kita panjatkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, serta keluarganya, dan para sahabatnya juga kepada umatnya hingga akhir zaman, dan semoga kita mendapat syafaat beliau di hari kiamat kelak.

Jumat yang lalu kita membahas tentang “Rodiitu Billahi Robba Wabil Islami Dinna Wabi Muhammadin Nabiyya”. Siapa orang yang ridha Allah sebagai Tuhannya, bahwasannya ia ridha akan aturan dan pilihan-Nya bagi dirinya, dan meyakinkan apa-apa yang menjadi bagiannya daripada rizki, terus menerus didalam ketaatan pada-Nya, menjaga akan yang fardu, menjauhi yang dilarang, dan adalah ia sabar ketika ditimpa musibah, bersukur atas nikmat-nikmat-Nya, senang akan perjumpaan dengan-Nya, ridha kepada-Nya akan wakil dan kekasih-Nya, sungguh-sungguh didalam ibadahnya, bergantung kepada-Nya pada hal yang gaib dan yang nyata, dan tidak mengandalkan hajat kebutuhannya kecuali kepada-Nya.

Dan barang siapa ridha Islam sebagai agamanya, maka mengagungkan kehormatan dan seruannya, dan menambahkan baginya pendirian dan istiqomah daripada ilmu dan amal, dan adalah dia dengan Islam sangat senang, dan menghormati ahli agama, dan bagi yang kufur akan mendapat kemarahan dan dimusuhi.

Dan siapa yang ridha Nabi Muhammad Saw sebagai Nabinya, maka mengikuti baik perkataan ataupun perbuatan akan petunjuknya yang membimbing, mengikuti sariatnya, berpegang teguh pada sunahnya, menghormati haqnya, memperbanyak shalawat dan salam kepadanya, cinta kepada ahli baitnya dan para sahabatnya, dan bagi mereka tempat keridhaan dan kehormatan.

Demikianlah, bila kita ridha atau senang terhadap sesuatu atau seseorang, tentunya kita akan berusaha untuk mendapatkannya, berusaha untuk memenuhi dan membuat senang orang yang kita ridha padanya, baik segala perintahnya ataupun larangannya. Begitu juga dalam agama, jika kita ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi, tentunya kita akan ridha terhadap semua aturan yang diberikan Allah Swt melalui Nabi Muhammad Saw. Kita akan berusaha sebisa mungkin untuk memenuhi semua perintah dan larangan-Nya, membuat senang Nabi Muhammad Saw dengan menjalankan dan berpegang teguh kepada sunah-sunahnya, menjaga kehormatan agama Islam dengan mengamalkan ajarannya dengan ilmu yang dipelajari. Sehingga selaras antara ucapan, bahwa kita ridha, dengan perbuatan.

Dan itu semua menjadikan diri bertambah kuat Iman, sebaliknya, sedikit demi sedikit kelalaian yang dibuat akan menggerus atau mengurangi keimanan. Maka sungguh bahaya jika Iman sampai hilang, menyekutukan Allah, mengabaikan peringatan Rasulullah, bahkan yang paling besar keluar dari agama Islam.

Semoga di tahun baru ini, Allah Swt senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya, menambah dan menguatkan Iman dan Islam, mempermudah segala urusan dunia dan akhirat, dan diselamatkan dari fitnah dunia, aamiin.

wassalamualaikum Wr.Wb

.adios.

DJ

Thursday 6 January 2011

Bolaaaaa ...

biarkan saya tertawa mengenang beberapa bagian dari kehidupan masa kecil dan remaja saya yang selalu ngambek berat kalau TV di ruang keluarga di kuasai Papa untuk nonton Bola. Please Pah, itu ngapain nonton 24 orang kurang kerjaan yang ngejar-ngejar bola.

Papa bilang " I looovvvveeee Football" . Ok Pah, cukup dan Papa sudah cukup absurd. Mencintai pria-pria berkeringat muter-muter lapangan bola, bagi saya ini logika yang gila.

sekarang. Kalau Papa masih ada pasti dia yang tertawa paling keras, atau bahkan menangis saking harunya (ah apapun itu yang jelas saya berharap dia tenang bersama Allah swt). Saya suka nonton Bola pah, dan saya sekarang tahu kenapa Papa bela-belain gak akur sama Mama dan saya hanya karena Bola, hihihih.

sepak bola itu memberikan kesenangan tersediri, menawarkan ruang bagi saya untuk berpikir, sama seperti saya membaca buku. Jauh di dalam hati saya tidak merasa diri saya suporter atau yang seperti orang-orang bilang "fans". Saya cuma penikmat sepak bola, saya menikmati menonton bola, bersorak, bernyanyi, berpikir, menganalisa, dan saya suka melihat pemain bola, well saya mengklaim diri saya #pemerhatiBek.

Defender, pemain belakang atau Bek adalah posisi dalam permainan sepak bola yang paling saya sukai (orang-orangnya tentu saja). Tanpa mengesampingkan peran Kiper,Wing,Midfielder atau striker saya merasa Bek jauuuuuuuuuuuuuuhhh lebih keren.


Papa tidak pernah mengajarkan saya bagaimana menonton pertandingan sepak bola, tidak pernah menjelaskan ke saya apa asyiknya. Saya menemukan sendiri, saya mendapatkan kesenangan dengan cara saya sendiri. Karena bola itu banyak versi, karena seperti bahasa, permainan ini universal, siapa saja boleh menonton, siapa saja boleh datang untuk mendukung.


[pertandingan Arema vs Persija 31 Mei 2010]

jadi seharusnya tidak perlu ada larangan untuk menyelenggarakan pertandingan sepak bola (dalam sepak bola saya rasa tidak relevan ada istilah tandingan). semua boleh bermain, semua boleh menyelenggarakan. Jika bisa menyenangkan hati semua orang, jika adil, jika jujur, jika bonafid mengapa harus takut tidak di tonton.


well, mungkin itu. sekali lagi saya bukan suporter militan, saya juga bukan suporter fanatik. saya penikmat sepak bola dan pendukung perkembangannya.

well, keponakan saya calon atlet, saya tahu bagaimana rasanya tumbuh berkembang bersama orang yang menempa diri dan mimpinya untuk bisa menjadi atlet profesional. Mereka hanya ingin berkerja dengan hobinya berolahraga, mereka ingin menggapai masa depan. Pemain pro bekerja dengan pro, bermain dengan cara-cara yang pro. Impian itu tidak boleh sirna dengan bobroknya manajemen club di negeri ini.


well (again) untung keponakan saya atlet badminton, yang persatuan induknya (insyaallah) bonafid dan bertanggung jawab.

Papah doakan kevin, supaya nanti badminton tidak berakhir seperti sepak bola di negeri ini.

.adios.

DJ.

first post in 2011

Posting pertama saya di Tahun 2011.
Yang penting untuk anda ketahui saya tidak punya resolusi apapun untuk tahun baru ini, sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Saya punya mimpi yang hampir sama setiap tahunnya, --> MENIKAH,NAIK HAJI dan SEKOLAH LAGI.
Tahun ini tepat di bulan Juni saya akan melangsungkan pernikahan saya dengan Nanda teman yang menemani hari-hari saya selama tujuh tahun lamanya, yess Thanks Allah swt akhirnya saya menikah.

Saya tidak ingin bermimpi muluk tapi tahun ini saya mengikuti tes tahap akhir untuk melenggang ke Australia guna meneruskan sekolah. Well, saya berharap untuk bisa lolos dan melanjutkan studi.

Saya bersyukur Nanda membantu hampir di setiap proses pemilihan negara untuk tujuan studi saya, dan jika harus keluar negeri maka Australia lah tempat yang paling representatif untuk belajar. Dia menolak ketika saya ingin ke Jerman dan Belanda, katanya terlalu jauh (lambat laun saya berpikir, saya sendiri juga tidak yakin kuat tinggal di sana, jauh sanak saudara selama 2 tahun lamanya).

Menikah, mungkin keputusan sulit, dengan mempertimbangkan score IELTS saya yang ternyata cukup memuaskan saya hanya membutuhkan waktu 1,5 bulan untuk Training Keberangkatan. Tapi, ternyata ADS memiliki fasilitas sampingan lain yang sangat membantu, owh ternyata keberangkatan bisa di tunda dengan alasan seperti menikah atau hamil (well, saya semakin bersemangat, kalau tidak ingin dikatakan saya over excited ^^)

tapi itulah tahun 2011 saya, saya bukan peramal tapi paling tidak saya tahu dua hal yang akan terjadi tahun ini ... kemungkinan menikah dan kemungkinan sekolah lagi. Saya percaya Kun Faya Kun ... apapun yang diinginkan Allah swt untuk terjadi pastilah terjadi.

saya niatkan diri saya untuk dua hal di atas, sepenuh hati memohon agar dua hal tersebut bisa terjadi. Menikah dan sekolah lagi adalah impian saya, anda ???

apapun itu semoga bisa terwujud. Btw, jangan follow account ini yah --> @BenyWahyudi well ini PALSU, yang bersangkutan ga bisa twitteran hiheiheiheieh ^^b.

.adios.

DJ