Monday 29 November 2010

memenuhi risiko

hidup adalah memenuhi risiko
itu yang bisa saya katakan setelah seharian kemarin melakoni aktifitas yang membuat saya terbaring sakit sekarang.
risiko dari menolong anak-anak Jessup 2010 adalah beban pikiran saya bertambah. Risiko dari nekat makan sambel goreng ati pedas adalah perut saya berontak.Risiko dari mengambil keputusan ke 711 adalah saya kena semprot pacar gara-gara bikin ribet dia jemput.Risiko dari nonton adalah saya tidak sanggup mengangkat telepon.
apalah daya, saya selalu saja salah memahami bahwa hidup itu memenuhi risiko. mulai dari yang kecil hingga yang besar. saya bisa saja melupakan setiap detil kejadian yang saya alami, tapi risiko itu seperti jalinan benang yang saling bertautan. setiap detik kita selalu dipaksa untuk membuat keputusan atas hasil keputusan yang lain.
Namun saya tahu bahwa anda tidak hidup jika sama sekali tidak mengambil risiko. jika hidup adalah risiko itu sendiri, bagaimana anda bisa menolaknya. Jangan berharap bahwa tidak berbuat apa-apa berarti anda bebas risiko.
Memutuskan untuk tidak berbuat sama dengan memutuskan untuk berbuat diam. Risiko akan selalu ada meskipun itu tindakan teraman dan terlogis yang bisa anda pikirkan saat itu.
risk is life, jadi saya tidak setuju terkadang dengan istilah 'risk your life' yang dianggap buruk. Padahal setiap saat kita melakukannya, kita tidak tahu kapan kita mati, tindakan teraman pun dapat berakibat buruk.
ahh...memang risiko dari niat baik adalah tidak mendapatkan balasan seperti yang diharapkan.
tapi saya akan ambil risiko itu,karena saya sudah memutuskan bahwa niat baik itu adalah investasi yang saya titipkan kepada Allah swt, dan saya tidak takut merugi.

.adios.

DJ

Monday 15 November 2010

Future Atlet

saya yang mengantarkan dia berlatih badminton sejak kelas 1 SD. saya yang biasanya memasukkan air ke dalam botol minumannya. saya yang biasanya membantunya mengepak raket, handuk, sepotong roti dan beberapa permen kesukaannya agar dia mau berlatih di sekolah bulu tangkis.

jarak rumah kami ke sekolah bulu tangkis memang tidak terlampau jauh, cukup 15 menit menggunakan angkutan umum. kelas 3 SD, pekerjaan saya berkurang satu, saya tidak harus mengantarkannya lagi.

Ilham Muhammad Kevin
, kini kelas 6 SD dan masih terus berlatih badminton. Berkali dia mencoba untuk lepas dari olahraga ini, dia ingin menjadi seorang pemain bola, Kiper lebih tepatnya. Kurnia Meiga Hermansyah, adalah idolanya dan juga adiknya (yang lebih beruntung karena mengantongi ijin orang tuanya untuk masuk ke sekolah sepak bola).

Uin, kami semua memanggilnya, tumbuh begitu cepat, kelas enam SD dan tingginya hampir melampaui saya yang 24 tahun. Sempat gentar karena kekalahan dalam pertandingan antar club, sempat tidak mau berlatih badminton lagi, dan sempat mengatakan bahwa dirinya hanya ingin "maen bola". Hingga kini yang dia tahu adalah bahwa ketika jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, dia harus mengepak tas dan pergi ke GOR untuk berlatih.

menang, berprestasi membuat Uin dipanggil untuk masuk Pelatnas di Cipayung. Kelas 6 SD dan ini sebuah awal yang gemilang bagi atlet badminton. Semua, termasuk saya pada saat itu ingin dia masuk Pelatnas. Tapi sayang kedua orang tuanya tidak mengizinkan, dan Kevin tidak jadi berangkat. Tawaran itu ditolak, dengan alasan sekolah Uin harus nomor satu. Jika pelatnas adalah rejeki Uin, Insyaallah tawaran itu akan datang lagi. Dan pria kecil itu menerima dengan tanpa beban.

dua minggu berselang, Kevin menelepon saya mengatakan bahwa dia ingin sekali pergi ke Jakarta (Cipayung. red). saya bimbang, sepertinya dia ingin sekali pergi tapi tak kuasa menolak larangan kedua orang tuanya. waktu itu saya hanya bisa bilang " Sabar yo Le, Insyaallah nanti pasti bisa ke Jakarta, kalo Kevin sudah SMP kelas tiga" , dan tanpa dinyana, dia mengatakan "iya mbak, nanti SMP kelas 3 aku ke sana yah".

hati saya miris, sebagai calon atlet, kevin sudah mengantongi hal terpenting. Tekad. dan saya berdoa supaya apa yang dia cita-citakan akan terlaksana.

hari ini, entah mengapa saya berpikir bahwa mungkin Kevin harus berpikir ulang untuk menjadi seorang atlet. masa depan dan segalanya. Efek selebritas, dan saya hanya berpikir bahwa sepertinya kami mencintainya lebih dari hanya melakukan apa yang dia inginkan.

atlet badminton. saya akan bangga melihatnya di TV menang melawan China. Tapi saya jauh lebih senang melihatnya rendah hati dan mengenal saya sebagai tante-nya yang pernah menyiapkan botol minuman.

jumawa, itu yang saya takutkan.

.adios.

DJ

Saturday 13 November 2010

tears

Air mata, mengapa selalu datang. Tangis, mengapa tak bisa kuhindari. memaafkan, sebelum kau meminta. hanya itu hal terbaik yang bisa aku lakukan.

.adios.


DJ

Thursday 11 November 2010

memasang tweet button ^^

yayy.. hari ini saya berhasil memasang tweet button di blog 'seadanya" saya.
bukan bermaksud ingin menyebarkan tulisan tidak bermutu yang saya tulis dengan otak kosong ini, hanya saja bulan-bulan ini saya tidak lepas dari twitter, apa saja saya tulis di sana, umpatan, rasa senang, sedih. 'hampir' semuanya :) saya merasa ABG saja. Tapi tohh berbeda dengan Facebook yang penuh dengan kekonyolan, saya rasa Twitter lebih bagus, kita bisa memilih untuk mem-follow orang yang bener" penting buat kita, dan banyak atau sedikitnya follower bukan menjadi masalah, yang jelas semakin banyak follower justru kita akan merasa semakin bertanggung jawab atas apa yang kita tulis.

tidak susah ternyata memasang tweet button, dan saya suka melakukan pembaharuan di blog ini. walaupun sangat jarang dikunjungi orang.

all the way, silahkan menikmati blog saya, dan men'tweet' postingan yang anda suka ^^.

.adios.

DJ

Tuesday 9 November 2010

Mr.Juviano D.S Ribeiro

Nama diatas mungkin asing bagi sebagian anda, begitu pula bagi saya pada awalnya. Jika saya tidak mengikuti pertemuan koordinasi Perjanjian Penghindaran Pajak di Bandung tanggal 4-6 November 2010 kemarin dan nekat makan malam, pasti saya tidak akan berbincang banyak dengan beliau.

Pak Juvi begitu panggilan akrabnya adalah seorang pegawai Kementerian Luar Negeri yang bertugas di Direktorat Amerika Selatan dan Karibia. Beliau pernah di tugaskan di Argentina, Chili dan Rio De Jainero. Dari negara-negara itulah cerita-cerita bermunculan.

Dari tegangnya menyambut Presiden, repotnya mengurus akomodasi, gaji yang seadanya di luar negeri dan lain-lain, saya justru paling tertarik kepada cerita beliau tentang sepak bola di Argentina dan Chili.

Pak Juvi bilang jarak 5 kilo keluar dari area bandara, dia bisa menjumpai lapangan sepak bola, dan seterusnya sampai ke hotel yang tidak jauh jaraknya dari bandara dia sudah berhasil menemui lebih dari 10 lapangan sepak bola. Supir taxi yang dia tumpangi mengatakan masih banyak lapangan bola yang lain, yang ada di dalam perkampungan. Pak Juvi hanya bisa manggut2, kagum.

Di Argentina dan Chili para wanita dan anak2 juga pandai bermain bola. Pemerintah daerah di sana tidak suka membangun Mall, karena penduduk bisa suka budaya instan. Mereka jauh lebih suka membangun tempat2 olahraga dan menyediakan ruang kosong untuk dijadikan lapangan sepak bola bagi penduduk.

Tak heran memang, jika Argentina terkenal dengan pemain sepak bola yang skill-full, sedari kecil di dekat lingkungan tempat tinggal, mereka dibesarkan dengan sepak bola. Sudah seperti jiwa saja.

Satu kalimat terakhir dr Pak Juvi yang menggugah saya adalah "Argentina memiliki lap bola jauh lebih banyak dari pada Mall, coba tengok Indonesia dan renungkanlah".

saya satu dari ribuan orang yang memiliki 'hati' untuk persepakbolaan negeri ini, dan saya mau tidak mau kembali menundukkan kepala. Agaknya saya harus lebih banyak merenung.

.adios.


DJ