Wednesday 2 March 2011

HOPE

entah mengapa beberapa hari ini saya begitu melankolis. mencoba untuk tenang, namun tidak bisa. sepertinya hati saya memang sudah mereka beli dengan 'rasa memiliki' sebagai mata uangnya.

(taken from OngisnadeNet)

sore ini Arema FC akan berlaga melawan Cerezo Osaka di Osaka. yang terbersit dalam benak saya pertama kali adalah, rasa syukur yang tidak terhingga kepada Allah swt. saya sama sekali tidak memikirkan mereka menang atau kalah, yang ada saya hanya ingin seluruh punggawa Arema FC itu happy, berjuang tanpa beban dan pulang tanpa satu pun mengalami cidera.

kemenangan itu bisa ditentukan dengan banyak hal, tempat, suhu, statistik dan kondisi pemain. bagi saya Cerezo yang bermain di kandang akan lebih menguntungkan, entah apapun itu, faktor non-teknis pasti akan selalu memiliki pengaruh, signifikan atau pun tidak.

terlepas dari prestasi yang selalu saja berhasil membuat saya menitikkan air mata itu, ternyata persepakbolaan di Indonesia tak kunjung membaik. setiap kali saya menonton berita di TV, nampaknya masalah kepengurusan PSSI dan ketua umum-nya ini tak jua berakhir. semakin didengarkan semakin muak rasanya, saya begitu bosan mendengar kata statuta dan FIFA.

saya pikir, kok miris sekali, saat harus berjuang di negeri orang mengharumkan nama Indonesia, di negerinya sendiri gonjang-ganjing terus. beruntung saya dikelilingi oleh orang-orang yang berasal dari beberapa kubu sehingga sudut pandang saya pun juga tak sempit.

hanya mencoba meluruskan beberapa pendapat :
1. jika anda ingin Nurdin turun, yang mana adalah sulit untuk dilakukan. Pilihlah pemimpin baru yang akan membantu jalannnya revolusi. Apalah guna jika Nurdin turun, tapi tetap digantikan oleh 'antek-anteknya' lagi, apalah guna jika bukan Nurdin tapi 'anak buahnya' yang maju duduk.
2. jika kita ingin memboikot ISL, yang mana adalah mustahil dengan banyaknya klub ISL memiliki suporter fanatik. Jalan satu-satunya ialah klub itu harus tidak di ISL. logis.
3.jika saya pun hendak turun ke jalan di senayan, yang mana tidak mungkin saya lakukan karena saya perempuan dan harus bekerja, maka saya menulis dan semoga dibaca.
4. jika beberapa orang tidak menginginkan Nurdin di saat yang sama tidak pula menginginkan Arifin Panigoro dan George Toisutta, ini menjadi kosong pada akhirnya. siapa lantas yang akan tampil memimpin, seorang kamerad baru tanpa backing? saya rasa mustahil.
5.jika FIFA ingin mendengar, saya harap tidak dari PSSI saja. well, saya ragu FIFA tahu tentang 'betapa sakit' PSSI kita. mari berdoa.
6. jika FIFA menyetujui statuta PSSI, yang mana sudah menjadi rahasia umum bahwa Nurdin 'menyelintut' pasal 34 ayat 4 itu juga barang aneh yang kemudian menjadi lazim karena 'hak rehabilitasi' itu. nah bukankah statuta itu berlaku sejak dulu, nah dulu khan belum ada 'hak rehabilitasi' ini ... nah,nah,nah .. intinya saya sedih, semakin bodoh saja negeri ini.

saya salah satu yang dianggap tidak bergerak saat revolusi ini bergulir. yang terkena cibiran karena diam tak bersuara.saya kira saya tidak ingin terjadi apa-apa dengan Arema FC, seburuk apapun cibiran orang terhadapnya saat ini. fokus untuk LCA juga sama pentingnya dengan melanjutkan sisa kompetisi di ISL. tapi di satu pihak, saya tidak ingin kompetisi 'sejenis' ISL ini tetap eksis, disamping melanggengkan Nurdin, ISL ini benar-benar membuat hati saya sakit.

saya mencintai sepak bola sebagai olahraga dan saya pun mencintai Arema FC sebagai bagian dari identitas saya. agaknya memang sulit menentukan sikap. bukannya tidak mau, tapi berhati-hati juga perlu.

yang kita tunggu : respon dan rencana pasti kedepan nanti. karena kita tidak akan berhenti di persimpangan ini. Arema FC toh harus memilih untuk tetap seperti ini atau ikut melebur bersama revolusi. ketegasan itu harusnya mutlak dan pasti.

No comments:

Post a Comment