Sunday 10 April 2011

Aremania is a suporter not a tickets fund-raiser

saya menulis ini karena merasa sudah cukup gerah menyaksikan Arema Indonesia dan segala sesuatu yang terjadi di dalamnya.

ide untuk menggalang dana lewat tiket terusan memang saya anggap mulia, mengapa? karena ide ini hanya bertujuan untuk satu : Arema Indonesia tetap hidup, berkorban apa yang bisa dikorbankan agar gaji pemain lancar dan Arema Indonesia tetap berjaya.

namun apa? . saya adalah Aremanita yang 'tidak' mengikuti program mulia ini, karena satu alasan. saya suporter bukan fund-raiser. saya menonton sepak bola dan bakat-bakat menggocek bola di lapangan karena saya menyukainya dan mendapat hiburan di sana. sepakbola saya anggap seperti sports yang di suguhkan oleh skill dan strategi di lapangan. saya tidak akan membayar jika saya tidak menonton. apalah bedanya dengan menonton gratis di televisi.jika saya datang ke stadion, itu karena saya ingin merasakan 'atmosfir' sepak bola dan segala keriuhannya, dengan segala teriakan dan pengobar semangat.

memikirkan keuangan team bukanlah tugas suporter, kita ini bukan sapi perahan. kalau manajemen kekurangan uang, mereka tidak seharusnya menggantungkan diri kepada suporter.jika laga sepi penonton, itu bukanlah suatu tanda ketidakloyalan suporter. bukan suporter yang memberi makan para pemain dan membayar gajinya.suporter bebas memilih untuk hadir dan membeli tiket, atau untuk diam dirumah bersama keluarga menonton di tv, apakah keadaan yang terakhir berarti sebuah ketidakloyalan. team dan club itu bukan agama, mereka tidak mengikat suporter seperti jerat, mereka itu kesenangan, tempat berkumpul dan mencari teman, tempat mendukung dengan free-will, tempat menyaksikan bakat-bakat hebat berpadu, bukan untuk menyeret kita ke lubang loyalitas buta yang menjerat, mau tak mau penonton harus beli tiket, tiket adalah tanda loyalitas. sempit, kalau begitu. bagaimana jika saya membeli merchandise asli berhologram 5 buah dan saya bagikan ke keluarga setiap ada model baru keluar, satuannya 180rb kalikan saja, namun saya tidak sanggup datang ke stadion, dan tidak pula membeli tiket karena saya tidak menonton langsung. apa iyah saya tidak loyal kepada team?.

jika Arema Indonesia menganggap suporter berharga, lemparlah saham Arema Indonesia ke suporter, biarlah suporter memiliki Arema Indonesia seutuhnya. jangan menaikkan tiket, ini mencekik namanya, kalaupun toh ada yang bersedia membeli, itu hanya berapa persen diantaranya. kalaupun ada yang berduit untuk membeli tiket di seluruh laga kandang, hanya segelintir saja. loyalitas membutuhkan integritas dari semua lini, membutuhkan langkah nyata, loyalitas bukan untuk dikomersilkan.

Aremania loyal luar biasa, itu sudah rahasia umum, tapi pun harus cerdas. membeli tiket tanpa menonton sama artinya, membeli permen tanpa mampu mengecap rasanya. kita bahkan tidak mengetahui uang tiket itu dikemanakan oleh pihak manajemen. ide ini bagus namun tidak menjamin apa-apa. hasil penjualan tiket memang berpengaruh bagi keuangan team, namun seharusnya bukan itu 'pegangan' manajemen. kreatif dan memiliki dedikasi itu yang harus dilakukan manajemen. jika tidak mampu menjadi pionir kreatifitas, apa bedanya Arema Indonesia dengan team-team ISL lain yang masih menyusu pada APBD. hal mana suporter kini yang jadi sapi susuannya.

membeli tiket tanpa menonton sama saja membeli barang imajiner. kita bahkan tidak memegang barang walau sudah melakukan transaksi. inikah loyalitas tanpa batas?. kecuali jika niatan saya pertama kali bukan untuk membeli tiket laga, namun memang 'menggalang dana', toh saya tidak akan kecewa jika tidak duduk di stadion langsung. kalah ataupun menang.

2 comments:

  1. intine manajemen kudu sing kreatip,,ancen sering bgt seolah2 manajemen macak gak iso berbuat opo2, ngenteni aremania bertindak.lha lek ngunu yaopo lek manajemen e digenti ambek jajaran aremania (tentunya sg nduwe skill mumpuni dalam manajerial, keuangan,dll) yg dipilih oleh forum aremania??

    ReplyDelete
  2. @emon: nahhh setuju iki mon, mosok aremania terus rek sing bertindak, lha sing dadi manajer sak jane sopo lalek kene sing di peres konkon "mbayari" gajine pemain.

    loyalitas e kene kok sawangane mengandung di'salahgunakan'. sampe kapan :(

    ReplyDelete