Monday 6 June 2011

Man Jadda Wa Jada (1)

Baru dua bulan yang lalu saya menangis-nangis membaca novel Man Jadda wa Jada dan sekuelnya Man Shabara Safira, sekarang terbayar lunas (meminjam kata sang penulis Bang Fuadi).
Hanya sebuah kata dalam bahasa Arab, namun maknanya bisa membuat saya kuat tidak tidur sampai jam 4 pagi hanya untuk menyelesaikan Statement of Motivation dan begitu dasyat membuat tubuh saya yang pemalas ini bangun untuk sholat malam dan puasa Senin- Kamis.
“Siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil” . “Siapa yang bersabar akan beruntung”. Seperti ditunjukkan begitu saja oleh Allah swt, tanpa diminta. Sejak saat itu, saya tahu Allah swt tidak membawa saya sampai sejauh ini untuk meninggalkan saya. Pasti ada maksud, pasti ada hikmah, dan saya berhasil meyakinkan diri saya bahwa Allah swt itu ada untuk semua hambaNya yang mau berusaha dan mendekatkan diri.
Passion saya adalah belajar. Maka selulus saya dari Fak.Hukum Univ.Brawijaya dan meraih gelar S1, langsung kepingin untuk melanjutkan ke jenjang S2. Tapi apa daya, waktu aku lulus keadaan ekonomi keluarga sedang parah-parahnya, sampai melamar pekerjaan aku tak bisa memilih, apa saja yang datang cepat.
Ratusan lamaran dikirim, beberapa yang dipanggil wawancara, kemudian tanpa kelanjutan. Nestle, lumayan diadakan di Kampus, jadi bisa mengirit ongkos, saking optimis dan kepinginnya diterima, pas diumumin gak keterima langsung vertigo kumat, gak bisa bangun 3 hari. Duh, Gusti.
Kesabaran diuji, daftar di PERUM PEGADAIAN jadi pegawai tidak tetap dengan penghasilan yang minim, belum berakhir penderitaan aku di pindah ke Surabaya, harus ngekos dan pulang ke Malang (ongkos lagi). Hampir mentasbihkan diri menjadi orang paling bodoh di dunia, karena beberapa teman sudah diterima di perusahaan besar, Nestle, Pertamina. Duh Gustiiii (ngeluh lagi).
Lamarrr teruuusss, tanpa hentiiiii. Sedikit demi sedikit, Allah swt membantuku menguak hikmah. Tes penerimaan pegawai Departemen Keuangan untuk regional Jawa Timur diadakan di Surabaya, yang artinya aku tidak perlu susah-susah bolak-balik Surabaya-Malang, bahkan ada teman dari Malang yang menginap di tempat Kos di Surabaya saat tes. Alhamdulillah, aku dimudahkan.
Tes demi tes berlalu, dan sampailah ke perekrutan pegawai tetap PERUM PEGADAIAN (impian semua pegawai tidak tetap dan outsourcing) dan ikutlah aku. Tes psiko lewattt, tes wawancara libaaaass, dan Alhamdulillaah aku diterima. Matur Nuwun sanget Yaa Rabb.
Tapi Allah swt nampaknya ingin menguji lagi, di saat yang hampir bersamaan, pengumuman Departemen Keuangan (yang tes-nya ampun-ampunan lamanya) sudah di depan mata. Nothing to lose, dan inilah kekuatan the power of pasrah. Pas sudah gak ada harapan, malah dikasih sama Allah swt. Aku diterima Departemen Keuangan. Alhamdulillaaaahh, tapi bingung.
Katanya kalau mundur dari PERUM PEGADAIAN itu di denda, alamak dapat uang dari mana. Tapi hati ingin ke Depkeu, merantau ke Jakarta pasti asyik. Keluarga ingin aku ambil PEGADAIAN saja, selain gaji lebih besar dan aku tidak jauh dari keluarga. Tapi hati ini berkata harus ke Depkeu, demi pengembangan diri, demi cita-cita yang tinggi (entah itu apa), pokoknya ke Jakarta. Bismillahirahmanirrahim, laduubbbb keerrr.
Di Jakarta, kangen balik ke Malang setengah mati. Gempor naik busway dari Depok (rumah Budhe) ke Depkeu, astagaaa, ternyataa Jakarta segini parahnya . Sedihhhhh, kangen keluarga, kangen pacarrr. Nelangsa. Polusi, sesak nafas, sakit gak ada yang rawat. Gaji 900rb Sembilan bulan merana-rana. Yaa Allah semoga pilihanku tidak salah.
Allah swt tidak diam ternyata, Dia mengirim sang pacar ke Jakarta karena diterima bekerja di sini. Alhamdulillah, kini karir bukan halangan bagi kami. Insyaallah sudah bisa menyumbang sedikit untuk keluarga. Walaupun halangan dan rintangan ada saja di kota besar ini, Insyaallah kuat jika bersama. Terima kasih Yaa Rabb.
Bersabar dan luruskan niat. Cuma itu saja rumusnya. Yaa Allah swt, ternyata benar Kau tidak diam, tidak tidur, tidak lengah.

Bersambung Man Jadda Wa Jada (2)

No comments:

Post a Comment