Sunday 23 October 2011

bist du bei mir

Matahari yang menyinari hati kita adalah matahari yang sama.
Langit yang menaungi langkah kita jugalah masih langit yang sama.
Bumi yang kita pijak pun masihlah bumi yang sama.
Namun mengapa menggapai bayangmu saja begitu sulit.
Mengapa jejakmu tak lagi dapat kurasai.
Mengapa kenyataannya dirimu begitu jauh.

Kurengkuh sinar matahari itu namun pelukku berbuah sepi.
Kupandangi langit itu namun mataku tertutup airmata rindu.
Kupijak tanah bumi ini, namun mengapa tak kudapati langkahmu disamping jejakku.
Jika berpisah denganmu terasa sesakit ini,
Jika tanpamu dunia terasa begitu hampa,
Jika hidup ini terasa seperti mati.
Apalah arti aku di sini.

Rindu ini datang tanpa kendali.
Tiba-tiba merasuk meracuni setiap inci darah di nadi.
Kadang tak sanggup aku mengurai imagi.
Ini begitu sulit untuk dilalui.
Derai airmata ini tak lagi sanggup mengurangi.
Galau di hati ini mengiris nurani.

Di dalam pelukmu ijinkan aku kembali.
Melepas penat dan lelah hati.
Ijinkan aku menangis kala nanti aku kembali.
Agar sesak di dada ini hilang berganti.
Dengan hadirmu yang hakiki, yang jariku dapat rasai.
Tunggulah aku kembali. 10 bulan lagi.

Kangenku pada seseorang yang kupanggil dia suami.

No comments:

Post a Comment