Thursday 6 January 2011

Bolaaaaa ...

biarkan saya tertawa mengenang beberapa bagian dari kehidupan masa kecil dan remaja saya yang selalu ngambek berat kalau TV di ruang keluarga di kuasai Papa untuk nonton Bola. Please Pah, itu ngapain nonton 24 orang kurang kerjaan yang ngejar-ngejar bola.

Papa bilang " I looovvvveeee Football" . Ok Pah, cukup dan Papa sudah cukup absurd. Mencintai pria-pria berkeringat muter-muter lapangan bola, bagi saya ini logika yang gila.

sekarang. Kalau Papa masih ada pasti dia yang tertawa paling keras, atau bahkan menangis saking harunya (ah apapun itu yang jelas saya berharap dia tenang bersama Allah swt). Saya suka nonton Bola pah, dan saya sekarang tahu kenapa Papa bela-belain gak akur sama Mama dan saya hanya karena Bola, hihihih.

sepak bola itu memberikan kesenangan tersediri, menawarkan ruang bagi saya untuk berpikir, sama seperti saya membaca buku. Jauh di dalam hati saya tidak merasa diri saya suporter atau yang seperti orang-orang bilang "fans". Saya cuma penikmat sepak bola, saya menikmati menonton bola, bersorak, bernyanyi, berpikir, menganalisa, dan saya suka melihat pemain bola, well saya mengklaim diri saya #pemerhatiBek.

Defender, pemain belakang atau Bek adalah posisi dalam permainan sepak bola yang paling saya sukai (orang-orangnya tentu saja). Tanpa mengesampingkan peran Kiper,Wing,Midfielder atau striker saya merasa Bek jauuuuuuuuuuuuuuhhh lebih keren.


Papa tidak pernah mengajarkan saya bagaimana menonton pertandingan sepak bola, tidak pernah menjelaskan ke saya apa asyiknya. Saya menemukan sendiri, saya mendapatkan kesenangan dengan cara saya sendiri. Karena bola itu banyak versi, karena seperti bahasa, permainan ini universal, siapa saja boleh menonton, siapa saja boleh datang untuk mendukung.


[pertandingan Arema vs Persija 31 Mei 2010]

jadi seharusnya tidak perlu ada larangan untuk menyelenggarakan pertandingan sepak bola (dalam sepak bola saya rasa tidak relevan ada istilah tandingan). semua boleh bermain, semua boleh menyelenggarakan. Jika bisa menyenangkan hati semua orang, jika adil, jika jujur, jika bonafid mengapa harus takut tidak di tonton.


well, mungkin itu. sekali lagi saya bukan suporter militan, saya juga bukan suporter fanatik. saya penikmat sepak bola dan pendukung perkembangannya.

well, keponakan saya calon atlet, saya tahu bagaimana rasanya tumbuh berkembang bersama orang yang menempa diri dan mimpinya untuk bisa menjadi atlet profesional. Mereka hanya ingin berkerja dengan hobinya berolahraga, mereka ingin menggapai masa depan. Pemain pro bekerja dengan pro, bermain dengan cara-cara yang pro. Impian itu tidak boleh sirna dengan bobroknya manajemen club di negeri ini.


well (again) untung keponakan saya atlet badminton, yang persatuan induknya (insyaallah) bonafid dan bertanggung jawab.

Papah doakan kevin, supaya nanti badminton tidak berakhir seperti sepak bola di negeri ini.

.adios.

DJ.

No comments:

Post a Comment